Daftar Isi Website

Memuat konten...

Showing posts with label Taushiyah. Show all posts
Showing posts with label Taushiyah. Show all posts

JANGAN MENGHARAP “TERIMA KASIH” DARI SESEORANG

Allah menciptakan para setiap hamba agar selalu mengingat-Nya, dan Dia menganugerahkan rezeki kepada setiap makhluk ciptaan_Nya agar mereka bersyukur kepada-Nya. Namun, mereka justru banyak yang menyembah dan bersyukur kepada selain Dia.




Tabiat untuk mengingkari, membangkang, dan meremehkan suatu kenikmatan adalah penyakit yang umum menimpa jiwa manusa. Karena itu, Anda tak perlu heran dan resah bila mendapatkan mereka mengingkari kebaikan yang pernah Anda berikan, mencampakkan budi baik yang telah Anda tunjukkan. Lupakan saja bakti yang telah Anda persembahkan. Bahkan, tak usah resah bila mereka sampai memusuhi Anda dengan sangat keji dan membenci Anda sampai mendarah daging, sebab semua itu mereka lakukan adalah justru karena Anda telah berbuat baik kepada mereka.

{Dan, mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya) kecuali Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka.} (QS. At-taubah:74)

Coba Anda buka kembali catatan dunia tentang perjalanan hidup ini! Dalam salah satu babnya diceritakan: shajdan, seorang ayah telah memelihara anaknya dengan baik. Ia memberinya makan, pakaian dan minuman, pendidikannya hingga menjadi orang pandai, rela tidak tidur demi anaknya, rela untuk tidak makan asal anaknya kenyang, dan bahkan, mau bersusah payah agar anaknya bahagia. Namun apa lacur, ketika sudah berkumis lebat dan kuat tulang-tulangnya, anak itu bagaikan anjing galak yang selalu menggonggong kepada orang tuanya. Ia tak hanya berani menghina, tetapi juga melecehkan, acuh tak acuh, congkak, dan durhaka terhadap orang tuanya. Dan semua itu, ia tunjukkan dengan perkataan dan juga tindakan.

Karena itu, siapa saja yang kebaikannya diabaikan dan dilecehkan oleh orang-orang yang menyalahi fitrah, sudah seyogyanya menghadapi semua itu dengan kepala dingin. Dan, ketenangan seperti itu akan mendapatkan balasan pahala dari Dzat Yang perbendaharaan-Nya tidak pernah habis dan sirna.

Ajakan ini bukan untuk menyuruh Anda meninggalkan kebaikan yang telah Anda lakukan selama ini, atau agar Anda sama sekali tidak berbuat baik kepada orang lain. Ajakan ini hanya ingin agar Anda tak goyah dan terpengaruh sedikitnya oleh kekejian dan pengingkaran mereka atas semua kebaikan yang telah Anda perbuat. Dan janganlah Anda pernah bersedih dengan apa saja yang mereka perbuat.

Berbuatlah kebaikan hanya demi Allah semata, maka Anda akan menguasai keadaan, tak akan pernah terusik oleh kebencian mereka, dan tidak pernah merasa terancam oleh perlakuan keji mereka. Anda harus bersyukur kepada Allah karena dapat berbuat baik ketika orang-orang di sekitar Anda berbuat jahat. Dan, ketahuilah bahwa tangan di atas itu lebih baik dari tangan yang di bawah.

{Sesunggunya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengarapkan keridhaan Allah. Kami tidak mengharapkan balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.} (QS. Al-Insan :9)

Masih banyak orang berakal yang sering hilang kendali dan menjadi kacau pikirannya saat mengadapi kritikan atau cercaan pedas dari orang-orang sekitarnya. Terkesan, mereka seolah-olah belum pernah mendengar wahyu Illahi yang menjelaskan dengan gamblang tentang perilaku golongan manusia yang selalu mengingkari Allah. Dalam wahyu itu dikatakan :
{Tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitu orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.} (QS. Yunus:12)


Anda tak pernah terkejut menakala menghadiahkan sebatang pena kepada orang bebal, lalu ia memakai pena itu untuk menulis cemoohan kepada Anda. Dan Anda tak usah kaget, bila orang yang Anda beri tongkat untuk mengiringi domba gembalaannya justru memukulkan tongkat itu ke kepala Anda. Itu semua adalah watak dasar manusia yang selalu mengingkari dan tak pernah bersyukur kepada Penciptanya sendiri Yang Maha Agung nan Mulia. Begitulah, kepada Tuhannya saja mereka berani membangkang dan mengingkari, maka apalagi kepada saya dan Anda.

Termasuk Dosa Besar, Durhaka Kepada Kedua Orang Tua

Termasuk Dosa Besar, Durhaka Kepada Kedua Orang Tua | Dilihat : 5761 kali 
 
Allah ta’ala berfirman  
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orang tuamu dengan sebaik-baiknya.” (Al-Isra': 23)

Berbuat baik kepada kedua orang tuamu artinya, memberikan bakti dan kasih sayang kepada keduanya.
إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ “Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ (AI-Isra': 23)

Jangan mengatakan “ah” artinya, janganlah berkata-kata kasar kepada keduanya jika mereka telah tua dan lanjut usia. Selain itu, wajib bagimu untuk memberikan pengabdian (berbakti) kepada mereka sebagaimana mereka berdua telah memberikan pengabdian kepadamu. Sesungguhnya, pengabdian orang tua kepada anaknya adalah lebih tinggi dari pada pengabdian anak kepada orang tuanya. Bagaimana mungkin kedua pengabdian itu bisa disamakan? ketika kedua orang tuamu menahan segala derita mengharapkan agar kamu bisa hidup, sedangkan jika kamu menahan derita karena kedua orang tuamu, kamu mengharapkan kematian mereka

Allah melanjutkan firman-Nya, وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيمًا ...Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (Al-Isra': 23)

Yakni ucapan yang lemah lembut.
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil’ (AI-Isra':24)

Allah Ta'ala berfirman,
أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah engkau akan kembali (Luqman: 14)

Perhatikanlah -semoga Allah merahmatimu- bagaimana Allah mengaitkan rasa syukur kepada kedua orang tua dengan syukur kepada-Nya.

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Ada tiga ayat yang diturunkan dan dikaitkan dengan tiga hal, tidak diterima salah satunya jika tidak dengan yang dikaitkannya:

1. Firman Allah Ta'ala, `Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul'. Maka barangsiapa taat kepada Allah namun tidak taat kepada Rasul, ketaatannya tidak diterima.

2. Firman Allah Ta'ala, `Dan dirikanlah shalat serta tunaikan zakat'. Maka barangsiapa melakukan shalat namun tidak mengeluarkan zakat, tidaklah diterima.

3. Firman Allah Ta'ala, Agar kamu bersyukur kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.' Barangsiapa bersyukur kepada Allah namun tidak bersyukur kepada kedua orang tua, tentu saja tidak diterima hal itu. Oleh karena itulah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Keridhaan Allah ada di dalam keridhaan kedua orang tua dan kemurkaan Allah ada pada kemurkaan kedua orang tua. (Diriwayatkan Tirmidzi dari hadits Abdullah bin Amr, hadits ini diperkuat oleh hadits Abu Hurairah).

Dalam sebuah hadits disebutkan, Seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam meminta izin untuk jihad. Kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya, Apakah bapak ibumu masih hidup ? orang itu menjawab, Ya maka kata Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Hendaklah kamu berbakti kepada keduanya [HR. Bukhari, Muslim)

Lihatlah bagaimana berbuat baik dan memberikan pelayanan kepada kedua orang tua lebih diutamakan daripada jihad?

Dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Maukah aku beritahu kalian tentang dosa besar yang paling besar? Yakni menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua"

Lihatlah bagaimana Allah mengaitkan antara menyakiti kedua orang tua, tidak adanya bakti kepada mereka dengan dosa syirik kepadaNya.

Dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim juga, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Tidak akan masuk surga orang yang durhaka (kepada kedua orang tua, orang yang menyebut-nyebut kebaikannya, dan yang kecanduan khamr"

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Jika Allah mengetahui sesuatu yang lebih hina dari ah' niscaya Allah akan melarangnya. Maka berbuatlah orang yang durhaka (kepada orang tua) semaunya, pastilah ia tidak akan masuk surga. Dan berbuatlah orang yang berbakti kepada orang tua semaunya, tidaklah ia masuk neraka"

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Allah melaknat orang yang durhaka kepada orang tua, Beliau bersabda lagi, Allah melaknat orang orang yang mencaci bapaknya. Allah melaknat orang yang mencaci ibunya. (Diriwayatkan lbnu Hibban dalam shahihnya dari hadits Ibnu Abbas). Beliau bersabda, Semua dosa ditunda (siksanya) oleh Allah semau-Nya hingga hari Kiamat kecuali durhaka kepada orang tua. Sesungguhnya dosa durhaka disegerakan (siksanya) bagi pelakunya" (Diriwayatkan Hakim dari hadits Abu Bakar dengan sanad yang baik).

Yakni hukumannya di dunia sebelum hari Kiamat.

Ka'abul Ahbar Rahimahullah berkata, "Sesungguhnya Allah menyegerakan kehancuran bagi seorang hamba jika ia durhaka kepada orang tuanya. Kehancuran itu merupakan siksaan baginya. Dan sesungguhnya Allah menambah umur orang yang berbakti kepada orang tua agar bertambah pengabdian dan kebaikannya kepada mereka"

Di antara bentuk pengabdian adalah memberi nafkah kepada mereka di saat mereka membutuhkan. Seseorang datang kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan berkata, Wahai Rasulullah, ayahku ingin merampas hartaku. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Kamu dan hartamu untuk bapakmu"

Ka'abul Ahbar ditanya tentang durhaka kepada orang tua, Apakah !tu? la menjawab, "Yaitu jika ayah atau ibunya menyumpahinya, ia tidak mempedulikannya. Jika mereka menyuruhnya, ia tidak mentaatinya. Jika meminta sesuatu kepadanya, ia tidak memberinya. Dan jika diberi amanat, ia mengkhianatinya"

lbnu Abbas radhiyallahu anhuma ditanya tentang Ashabul-A’raf. Ia menjawab, Adapun A'raf, ia adalah sebuah gunung di antara surga dan neraka. Dikatakan A’raf karena ia lebih tinggi daripada surga dan neraka. Di sana terdapat pepohonan, buah-buahan, sungai, dan mata air. Adapun orang-orang yang menempatinya, mereka yang dulunya pergi berjihad tanpa izin dari ayah dan ibu mereka. Kemudian mereka terbunuh dalam jihad itu dan kesertaannya dalam perang itu menghalanginya dari siksa neraka. Sedangkan kedurhakaan kepada orang tua menghalanginya untuk masuk surga. Maka mereka bertempat di Araf tersebut hingga Allah memutuskan urusan mereka.

Dalam kedua kitab Shahih diriwayatkan, "Seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan bertanya, Wahai Rasulullah, siapakah yang berhak mendapatkan perlakuan baik? Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab, Ibumu. Beliau bertanya, Kemudian siapa? Rasulullah menjawab, Ibumu la bertanya lagi, Kemudian siapa lagi? la menjawab, ibumu. la bertanya lagi, kemudian siapa? Beliau menjawab, 'Ayahmu. Kemudian yang paling dekat dan yang paling dekat

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mengulangi kewajiban berbakti kepada seorang ibu hingga tiga kali sedangkan berbakti kepada ayah satu kali. Hal itu disebabkan karena derita yang dialami seorang ibu lebih besar dari pada yang dialami seorang ayah dan kasih sayang yang diberikannya juga lebih besar daripada ayah. Belum lagi kalau dibandingkan dengan beratnya mengandung, kontraksi, melahirkan, menyusui, dan berjaga malam.

Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma melihat seseorang seseorang sedang memanggul ibunya dengan lehernya sambil mengelilingi Ka'bah. Orang itu bertanya, "Hai Ibnu Umar, apakah dengan demikian berarti aku telah membalasnya?" Ibnu Umar menjawab, "Belum sedikit pun kamu membalasnya, namun kamu telah berbuat baik kepadanya. Dan Allah akan membalas atas sedikit kebaikanmu dengan balasan yang banyak"

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Ada empat orang yang Allah harus tidak memasukkan mereka ke dalam surga dan tidak mereka mencicipi kenikmatannya: orang yang kecanduan terhadap khamr, pemakan riba, orang yang memakan harta anak yatim secara dzalim, dan orang yang durhaka kepada kedua orang tua kecuali jika mereka telah bertaubat" (Diriwayatkan Hakim dengan sanad shahih, namun AI-Mundziri mengatakan bahwa pada sanad hadits ini terhadap Ibrahim bin Khaitsam yang haditsnya matruk, tertinggal dan tidak diakui).

Seseorang datang kepada Abu Darda' Radhiyallahu Anhu dan berkata, Hai Abu Darda', sesungguhnya aku menikahi seorang wanita dan ibuku menyuruhku untuk menceraikannya. Abu Darda' berkata, Aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda. "Orang tua adalah pintu tengahnya surga, jika kamu mau, hilangkan saja pintu atau jagalah".

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Ada tiga doa yang terkabulkan dan tidak ada keraguan padanya: doa orang yang didzalimi, doa orang yang bepergian, dan doa tidak baik orang tua terhadap anaknya"(Diriwayatkan Tirmidzi, Abu Dawud, dan Thabrani).

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Seorang bibi berkedudukan sama dengan ibu. Maksudnya dalam rangka rasa bakti, kebajikan, kemuliaan, hubungan, dan kebaikan. (Diriwayatkan Tirmidzi dan menilainya sebagai hadits shahih).

Dari Amr bin Murrah Al-Juhani berkata, Seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana menurutmu jika aku melaksanakan shalat lima (waktu), aku berpuasa Ramadhan, menunaikan zakat, berhaji
ke Baitullah. Maka apa yang aku dapatkan?" Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab, "Barangsiapa melakukan hal itu ia bersama para nabi, orang-orang jujur, para syuhada, dan orang-orang shalih. Kecuali jika ia durhaka kepada orang tuanya" (Diriwayatkan Ahmad dan Thabrani).

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Allah melaknat kepada orang yang durhaka kepada orang tuanya"

Juga diceritakan dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bahwa beliau bersabda, "Pada malam ketika aku diisra’ kan aku melihat beberapa kaum yang bergelantungan pada dahan-dahan dari api. Aku bertanya, Wahai Jibril, siapakah mereka itu?" Jibril menjawab, "Mereka adalah orang-orang yang mencaci ayah dan ibu mereka di dunia"

Diriwayatkan bahwa barangsiapa mencaci kedua orang tuanya akan didatangkan kepadanya di dalam kuburan bara dari api sejumlah setiap titik air yang turun dari langit ke bumi. Juga diriwayatkan bahwa jika seseorang durhaka kepada orang tuanya. Nanti setelah dikubur, ia akan dihimpit kuburan itu hingga tulang-tulang rusuknya berhimpit.

Yang paling keras siksanya pada hari Kiamat nanti tiga orang: Musyrik, pezina, dan yang durhaka kepada orang tua.

Seorang laki-laki dan perempuan datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, mereka bertengkar tentang permasalahan anak mereka. Yang laki-laki berkata, Wahai Rasulullah, anakku ini keluar dari tulang rusukku. Yang perempuan berkata, Wahai Rasulullah, ia membawanya dengan ringan dan meletakkannya secara menyenangkan, sedangkan aku mengandungnya susah dan melahirkannya pun susah, aku juga menyusuinya dua tahun penuh. Akhirnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memutuskan anak itu untuk ibunya.

Nasihat
Wahai yang mengabaikan hak-hak mulia ini, yang enggan berbakti kepada kedua orang tua bahkan durhaka kepada mereka. Wahai orang yang lupa akan kewajibannya, yang lalai kepada apa yang ada di depannya. Berbakti kepada kedua orang tua bagimu adalah agama, Anda menerlantarkan kewajiban ini dan mengekor kepada syahwat, menurut dugaanmu kamu mencari surga, padahal surga itu ada di bawah telapak kaki ibumu. la mengandungmu di dalam perutnya selama sembilan bulan yang terasa sembilan tahun. la menderita saat melahirkanmu, suatu penderitaan yang memilukan hati dan menyusuimu.
Demi kamu ngantuknya ditahan, dengan tangan kanannya ia membersihkanmu dari kotoran dan mara bahaya. la lebih mengutamakanmu dalam hal makanan. la menggunakan pangkuannya menjadi tempat landasanmu, memberikanmu kebaikan dan pertolongan. Jika sakit atau kepedihan menimpamu, ia menumpahkan rasa sayangnya secara habis-habisan. Kegelisahannya karenamu dan kegundahannya terus menemaninya,
jika demlakan harta miliknya untuk mengobatimu ke dokter. Jika ia diberi pilihan antara hidupmu dan kematiannya, tentu ia akan memilih kehidupan bagimu dengan suaranya yang lantang. Inilah kasih sayang ibu.

Sudah berapa kali kamu memperlakukannya secara kasar? Namun tetap saja ia mendoakanmu dalam kebaikan baik secara rahasia atau terang-terangan. Tatkala ia menua dan membutuhkan sesuatu kepadamu, rasanya ia menjadi beban paling berat bagimu. Kamu kekenyangan sedangkan ia kelaparan, kamu hilang rasa dahaga sedangkan ia kering kehausan. Kamu memberikan segala kebaikan kepada keluarga dan anak-anakmu di saat kamu melupakannya. Terasa berat bagimu urusannya, padahal ia mudah. Terasa panjang usianya bagimu padahal ia pendek. Kamu mengusirnya, sedangkan dada penolong selainmu. Ini sikapmu sedang Tuhanmu telah melarangmu mengatakan 'ah'. Allah mencacimu karena hak-haknya yang kamu abaikan dengan cercaan halus, bahwa -dalam dunia kamu akan dibalas dengan kedurhakaan anak-anakmu, sedang di dalam akhirat kamu dijauhkan dari Tuhan semesta alam. Allah memanggilmu dengan hina dan ancaman, Itulah (hasil) dari tanganmu (perbuatanmuj, dan sesungguhnya Allah tidak berlaku dzalim kepada hamba-hamba-Nya. (AI-Hajj: 10).

Bagi ibumu terdapat banyak hak atasmu. Apa yang banyak menurutmu sesungguhnya sangatlah kecil sudah berapa malam ia merasa memberatkanmu dan kamu mengadukan perihalnya dengan rintih dan keluh Jika kamu tahu betapa berat saat ia melahirkanmu karena berat beban itu hati terasa terbang melayang. Betapa sering ia menjagamu dari mara bahaya dengan tangan kanannya. Dan pangkuannya pun menjadi ranjangmu la mengorbankan jiwanya demi keluhanmu Dari susunya keluar minuman suci bagimu Betapa sering kamu menderita kelaparan dan dengan sepenuh tenaga la memberikan kasih sayangnya kepadamu di waktu kecilmu

Kasihan, mengapa orang cerdas mesti menuruti nafsunya Kasihan bagi yang buta hati sedangkan matanya melihat Berharaplah kamu terhadap semua doa-doanya karena terhadap apa yang didoakannya kamu membutuhkannya.

Dikisahkan bahwa terdapat seorang pemuda yang dikenal dengan nama Alqamah, ia banyak berusaha mewujudkan ketaatannya kepada Allah dalam shalat, puasa, dan sedekah. Lalu ia ditimpa penyakit hingga kondisinya sangat parah. Ia mengutus istrinya untuk menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Istrinya berkata, Suamiku, Alqamah sedang sekarat. Aku ingin memberitahukanmu wahai Rasulullah tentang keadaannya.

Lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengutus Ammar dan Shuhaib serta Bilal sembari bersabda, Pergilah kepadanya dan ajari ia syahadat. Mereka pergi dan masuk ke tempatnya, mereka mendapatkannya telah sekarat. Para sahabat itu lalu mengajarinya mengucapkannya `la ilaha illallah' sementara lidahnya kelu dan tidak bisa mengucapkannya. Lalu para utusan itu mengirim seseorang menemui Rasulullah shallallahu Alaihi wa Sallam untuk memberitahukan kepada beliau bahwa lisannya tidak bisa mengucapkan kalimat syahadat.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bertanya, Apakah salah seorang dari kedua orang tuanya masih hidup? Utusan itu menjawab, Wahai Rasulullah, hanya ada seorang ibu yang sudah tua renta. Rasulullah mengutus sahabat tersebut untuk menemui ibunya, beliau berkata kepadanya, Katakan kepadanya, apakah ibu bisa berjalan menemui Rasulullah? Jika tidak bisa, tinggallah ibu di rumah hingga Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam datang kepadamu. Lalu utusan itu datang kepadanya dan mengatakan kepadanya apa yang dipesankan Rasulullah kepadanya.

lbu itu berkata, Jiwaku untuk jiwanya sebagai tumbal, aku lebih berkewajiban untuk mendatanginya. lbu itu bersandar kepada sebuah tongkat dan berdiri dengan bantuan tongkat itu untuk datang menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau berkata kepadanya, Wahai Ibu Alqamah, berlaku jujurlah kepadaku, dan jika kamu berbohong, sebenamya telah datang wahyu dari Allah kepadaku.

Bagaimana keadaan anakmu Alqamah? la berkata, Ya Rasulullah, ia banyak melaksanakan shalat, banyak puasa, dan bersedekah. Rasulullah bertanya, Lalu bagaimana dengan dirimu? la menjawab, Wahai Rasulullah, aku sedang marah kepadanya. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bertanya, Mengapa begitu? la menjawab, Wahai Rasulullah, ia lebih mementingkan istrinya daripada aku dan ia durhaka kepadaku.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Sesungguhnya kemarahan ibu Alqamah menjadi penghalang bagi lisan Alqamah untuk mengucapkan syahadat. Beliau berkata lagi, Ya Bilal, pergi dan ambillah untukku kayu bakar yang banyak! Ibu itu bertanya, Wahai Rasulullah, apa yang akan engkau lakukan? Rasulullah menjawab, `Aku akan membakamya dengan api itu di hadapanmu. lbu itu berkata, Wahai Rasulullah, hatiku tidak tahan melihat anakku dibakar di hadapanku. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Wahai Ibu Alqamah, siksaan Allah lebih dahsyat dan lebih kekal. Jika kamu senang kalau Allah mengampuninya, ridhailah ia.

Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, Alqamah tidak akan mendapatkan manfaat dengan shalatnya, puasanya, dan sedekahnya jika kamu masih marah kepadanya. la berkata, Wahai Rasulullah, aku mempersaksikan kepada Allah Ta'ala, para malaikat, dan semuanya, kaum Muslimin yang hadir bahwa aku kini telah ridha kepada anakku, Alqamah. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Pergilah wahai Bilal dan lihatlah apakah ia bisa mengucapkan la ilaha illallah atau tidak! Bilal pergi dan terdengar dari dalam rumah Alqamah mengucapkan la ilaha illallah.

Bilal masuk dan berkata, Wahai semuanya, sesungguhnya kemarahan ibunya menghalanginya untuk mengucapkan syahadat dan keridhaannya membuat lisannya mampu mengucapkannya. Kemudian pada hari itu juga Alqamah meninggal, Rasulullah hadir dan memerintahkan untuk dimandikan, dikafani, dan dishalatkan. Beliau juga menghadiri pemakamannya, lalu beliau berdiri di bibir kuburannya dan bersabda, Wahai sekalian kaum Muhajirin dan Anshar, barangsiapa yang lebih mementingkan istrinya dibandingkan ibunya, maka ia mendapatkan laknat dari Allah, para malaikat, dan semua manusia. Allah tidak akan menerima pengganti atau penebus kecuali ia bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla dan berbuat baik kepadanya serta memohon keridhaannya. Karena keridhaan Allah ada pada keridhaannya dan murka Allah ada pada murkanya.

Kita memohon kepada Allah agar berkenan memelihara kita dengan keridhaan-Nya dan menjauhkan kita dari kemurkaannya. Sesungguhnya Allah Mahamulia dan Maha Dermawan. Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.

Siwak sebagai bagian Sunnah Nabi Muhammad SAW

Termasuk sunnah yang paling sering dan yang paling senang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bersiwak. Bersiwak merupakan pekerjaan yang ringan namun memiliki faedah yang banyak baik bersifat keduniaan yaitu berupa kebersihan mulut, sehat dan putihnya gigi, menghilangkan bau mulut, dan lain-lain, maupun faedah-faedah yang bersifat akhirat, yaitu ittiba’ kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mendapatkan keridhaan dari Allah subhanahu wata’ala. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
 Gambar terkait
لسِّوَاكَ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِّ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ (رواه أحمد)
“Siwak merupakan kebersihan bagi mulut dan keridhaan bagi Rabb”. [Hadits shahih riwayat Ahmad, Irwaul Ghalil no 66). [Syarhul Mumti’ 1/120 dan Taisir ‘Alam 1/62]

Siwak sebagai bagian adventure-equipment
Diantara banyak memiliki faedah, ternyata siwak juga sebagai alternatif pembersih gigi bagi petualang. Ada dua benda yang kadang bikin ribet petualang. Itulah sikat dan pasta gigi. Jika salah packing, sikat gigi bisa patah di perjalanan, pasta gigi bisa mrojol kepencet hingga berlumuran kemana-mana Selain itu proses menyikat gigi makan waktu. Mengambil, membuka, memencet, mengoles, menutupnya kembali. Baru ngosrek. Itupun kalau ada air buat kumur-kumur. Masa mau ditelan? Menelan pasta gigi itu bahaya, jika kebanyakan dapat menyebabkan osteoporosis dan kerusakan sistem syaraf. Serius.
 Gambar terkait
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak tahun 1986 menyarankan penggunaan Siwak (chewing stick) untuk membersihkan gigi. Menurut World Health Organization Report Series, Siwak dapat menghilangkan plak tanpa menyebabkan luka pada gigi. Siwak telah digunakan bangsa Babilonia semenjak 7000 tahun yang lalu, kemudian digunakan pula di zaman kerajaan Yunani dan Romawi, orang-orang Yahudi, Mesir dan masyarakat kerajaan Islam.

Penggunaan Siwak pada setiap negara berasal dari tanaman yang berbeda. Di Timur Tengah, sumber utama yang sering digunakan adalah pohon Arak (Salvadora persica), di Afrika Barat digunakan pohon limun (Citrus aurantifolia) dan pohon jeruk (Citrus sinesis). Akar tanaman Senna (Cassiva vinea) digunakan orang Amerika berkulit hitam, Laburnum Afrika (Cassia sieberianba) digunakan di Sierre Leone serta Neem (Azadirachta indica) digunakan di India.
 Hasil gambar untuk Siwak sebagai bagian Sunnah Nabi
Hasil-hasil penelitian Siwak yang diambil dari pohon arak (Salvadora persica) menyebutkan bahwa Siwak mengandung zat yang dibutuhkan untuk meningkatkan kesehatan mulut. Kandungan Siwak antara lain: bahan antiseptik, asam tanat yang bersifat astringensia dan minyak atsiri untuk meningkatkan air liur. Siwak dapat menyikat dengan baik, mudah digunakan, dan ramah lingkungan.

Berdasar pengalaman, Siwak yang digunakan untuk membersihkan gigi berukuran setengah sampai 2/3 panjang sikat gigi, berdiameter seukuran kelingking orang dewasa. Jika teman tak bawa Siwak, bisa dipotong menjadi dua bagian kecuali rela dipakai bersama. Biar tidak nyempil kalau disimpan di carriel, bisa dimasukkan kantong celana. Anda bisa bersiwak di mana saja

Keutamaan Shalat Dhuha

Shalat Dhuha adalah shalat sunah yang dilakukan setelah terbit matahari sampai menjelang masuk waktu zhuhur. Afdhalnya dilakukan pada pagi hari disaat matahari sedang naik ( kira-kira jam 9.00 ). Shalat Dhuha lebih dikenal dengan shalat sunah untuk memohon rizki dari Allah, berdasarkan hadits Nabi : ” Allah berfirman : “Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat pada waktu permulaan siang ( Shalat Dhuha ) niscaya pasti akan Aku cukupkan kebutuhanmu pada akhir harinya “ (HR.Hakim dan Thabrani).
 Hasil gambar untuk Shalat Dhuha
Hadits Rasulullah SAW terkait Shalat Dhuha
  • Barang siapa shalat Dhuha 12 rakaat, Allah akan membuatkan untuknya istana disurga” (H.R. Tirmiji dan Abu Majah)
  • “Siapapun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan.” (H.R Tirmidzi)
  • “Dari Ummu Hani bahwa Rasulullah SAW shalat dhuha 8 rakaat dan bersalam tiap dua rakaat.” (HR Abu Daud)
  • “Dari Zaid bin Arqam ra. Berkata,”Nabi SAW keluar ke penduduk Quba dan mereka sedang shalat dhuha‘. Beliau bersabda,?Shalat awwabin (duha‘) berakhir hingga panas menyengat (tengah hari).” (HR Ahmad Muslim dan Tirmidzi)
  • “Rasulullah bersabda di dalam Hadits Qudsi, Allah SWT berfirman, “Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat shalat dhuha, karena dengan shalat tersebut, Aku cukupkan kebutuhanmu pada sore harinya.” (HR Hakim & Thabrani)
  • “Barangsiapa yang masih berdiam diri di masjid atau tempat shalatnya setelah shalat shubuh karena melakukan i’tikaf, berzikir, dan melakukan dua rakaat shalat dhuha disertai tidak berkata sesuatu kecuali kebaikan, maka dosa-dosanya akan diampuni meskipun banyaknya melebihi buih di lautan.” (HR Abu Daud)
Manfaat dan Makna Shalat Dhuha
Ada yang mengatakan bahwa shalat dhuha juga disebut shalat awwabin. Akan tetapi ada juga yang mengatakan bahwa keduanya berbeda karena shalat awwabin waktunya adalah antara maghrib dan isya.
Waktu shalat dhuha dimulai dari matahari yang mulai terangkat naik kira-kira sepenggelah dan berakhir hingga sedikit menjelang masuknya waktu zhuhur meskipun disunnahkan agar dilakukan ketika matahari agak tinggi dan panas agak terik.

Adapun diantara keutamaan atau manfaat shalat dhuha ini adalah apa yang diriwayatkan oleh Muslim, Abu Daud dan Ahmad dari Abu Dzar bahwa Rasulullah saw bersabda,”Hendaklah masing-masing kamu bersedekah untuk setiap ruas tulang badanmu pada setiap pagi. Sebab setiap kali bacaan tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh orang lain agar melakukan amal kebaikan adalah sedekah, melarang orang lain agar tidak melakukan keburukan adalah sedekah. Dan sebagai ganti dari semua itu maka cukuplah mengerjakan dua rakaat shalat dhuha.”

Juga apa yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud dari Buraidah bahwa Rasulullah saw bersabda,”Dalam tubuh manusia itu ada 360 ruas tulang. Ia harus dikeluarkan sedekahnya untuk tiap ruas tulang tersebut.” Para sahabat bertanya,”Siapakah yang mampu melaksanakan seperti itu, wahai Rasulullah saw?” Beliau saw menjawab,”Dahak yang ada di masjid, lalu pendam ke tanah dan membuang sesuatu gangguan dari tengah jalan, maka itu berarti sebuah sedekah. Akan tetapi jika tidak mampu melakukan itu semua, cukuplah engkau mengerjakan dua rakaat shalat dhuha.”
 Hasil gambar untuk Shalat Dhuha
Didalam riwayat lain oleh Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairoh berkata,”Nabi saw kekasihku telah memberikan tiga wasiat kepadaku, yaitu berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, mengerjakan dua rakaat dhuha dan mengerjakan shalat witir terlebih dahulu sebelum tidur.”

Jumhur ulama mengatakan bahwa shalat dhuha adalah sunnah bahkan para ulama Maliki dan Syafi’i menyatakan bahwa ia adalah sunnah muakkadah berdasarkan hadits-hadits diatas. Dan dibolehkan bagi seseorang untuk tidak mengerjakannya.

Cara Melaksakan Shalat Dhuha :
Shalat Dhuha minimal dua rakaat dan maksimal duabelas rakaat, dilakukan secara Munfarid (tidak berjamaah), caranya sebagai berikut:
• Niat didalam hati berbarengan dengan Takbiratul Ihram
• “Aku niat shalat sunah Dhuha karena Allah”
• Membaca doa Iftitah
• Membaca surat al Fatihah
• Membaca satu surat didalam Alquran.Afdholnya rakaat pertama surat Asysyams dan rakaat kedua surat Allail
• Ruku’ dan membaca tasbih tiga kali
• I’tidal dan membaca bacaanya
• Sujud pertama dan membaca tasbih tiga kali
• Duduk diantara dua sujud dan membaca bacaannya
• Sujud kedua dan membaca tasbih tiga kali
• Setelah rakaat pertama selesai, lakukan rakaat kedua sebagaimana cara diatas, kemudian Tasyahhud akhir setelah selesai maka membaca salam dua kali. Rakaat-rakaat selanjutnya dilakukan sama seperti contoh diatas.

Bacaan Doa Sholat Dhuha Lengkap Bahasa Arab – Bahasa Indonesia dan Artinya

اَللهُمَّ اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقَى فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ

ALLAHUMMA INNADH DHUHA-A DHUHA-UKA, WAL BAHAA-A BAHAA-UKA, WAL JAMAALA JAMAALUKA, WAL QUWWATA QUWWATUKA, WAL QUDRATA QUDRATUKA, WAL ISHMATA ISHMATUKA. ALLAHUMA INKAANA RIZQI FIS SAMMA-I FA ANZILHU, WA INKAANA FIL ARDHI FA-AKHRIJHU, WA INKAANA MU’ASARAN FAYASSIRHU, WAINKAANA HARAAMAN FATHAHHIRHU, WA INKAANA BA’IDAN FA QARIBHU, BIHAQQIDUHAA-IKA WA BAHAAIKA, WA JAMAALIKA WA QUWWATIKA WA QUDRATIKA, AATINI MAA ATAITA ‘IBADIKASH SHALIHIN.

Artinya: “Wahai Tuhanku, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagunan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Wahai Tuhanku, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang soleh”.

Berkhidmat pada Al-Quran

Dalam banyak kesempatan saya sering menyampaikan bahwa ada sekian hal yang harus kita lakukan dalam berinteraksi dengan Al-Quran. Paling tidak ada lima hal yang harus kita dawamkan, kerjakan sebagai wujud khidmat kepada Al-Quran. Yakni membaca, menghafal, mempelajari, mengamalkan serta menyampaikannya.
Berkhidmat pada Al-Quran
Sebelumnya, kita sudah memahami bahwa Al-Quran adalah pedoman dan petunjuk hidup manusia. Ibarat sebuah kereta api, maka relnya sudah paripurna di dalam Al-Quran. Maka, tidak perlu mencari petunjuk atau pegangan selain Al-Quran. Cukuplah dengan firman-firman Allah ta’ala di dalam Al-Quran untuk kita jadikan petunjuk hidup.

Dari firman-firman Allah ta’ala tersebut, kita akan mendapati untuk taat kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, yang kita kenal dengan As-Sunnah. Dan seluruh lini kehidupan manusia dari segala aspek sudah Allah ta’ala sediakan seperangkat aturan sempurna di dalam Al-Quran.

Sehingga berkhidmahlah kepada Al-Quran, agar tidak tersesat, dan selamat di akhirat.

***

Berkhidmat kepada Al-Quran adalah ketika kita mampu mencintai Al-Quran sepenuhnya. Saya mempunyai pedapat sendiri, apa yang disebut mencintai Al-Quran sepenuhnya adalah ketika kita melaksanakan lima hal sebagaimana disampaikan di awal. Yakni, interaksi yang harus kita dawamkan dan laksanakan secara istiqamahkan kepada Al-Quran.
Membacanya (Tilawah, Tadarrus, Tartil)

Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah (Al-Quran) dan melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdangan yang tidak akan rugi. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (TQS. Fathir: 29-30)

Dari Abi Amamah Al-Bahiliy radhiyallahu ‘anhu, ia berkata aku mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bacalah Al-Quran karena sesungguhnya Al-Quran pada hari kiamat akan menjadi syafa’at bagi pemilik (ashaab Al-Quran/pembaca dan lainnya) Al-Quran.” (HR. Muslim)

Dari ‘Abdullah ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa telah bersabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang membaca satu ayat dari kitab Allah (Al-Quran) baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan semisal dengan sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan bahwa Alif Lam Mim itu satu huruf. Akan tetapi Alif itu satu huruf, Lam itu satu huruf, dan Mim itu satu huruf.” (HR. At-Tirmidzi)

Dari Tamim Ad-Dariy radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, tetah bersabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang membaca 100 ayat pada malam hari, maka tercatat baginya pahala (beribadah) sepanjang malam (qunuutu lailaitin).” (HR. Ad-Darimi)

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhaa, ia berkata, telah bersabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, “Orang-orang yang mahir (baik) dalam membaca Al-Quran ia akan bersama para malaikat yang mulia, dan orang-orang yang membaca Al-Quran dan ia terbata-bata dalam membaca, dan sulit membedakan antar huruf, maka baginya dua kebaikan.” (HR. Muslim)
Menghafalnya (Tahfizh)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengecek kemampuan membaca dan hafalan Al-Quran mereka. Setiap orang di antara mereka ditanya sejauh mana hafalan Al-Qurannya. Kemudian seseorang yang paling muda ditanya oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, “Berapa banyak Al-Quran yang telah engkau hafal, hai Fulan?” Ia menjawab, “Aku telah menghafal surah ini dan surah ini, serta surah Al-Baqarah.” Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kembali bertanya, “Apakah engkau hafal surah Al-Baqarah?” Ia menjawab, “Betul.” Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pergilah dan engkau menjadi ketua rombongan itu!” Salah seorang dari kalangan mereka yang terhormat berkata, “Demi Allah, aku tidak mempelajari dan menghafal surah Al-Baqarah semata karena takut aku tidak dapat menjalankan isinya.” Mendengar komentar itu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pelajarilah Al-Quran dan bacalah, karena perumpamaan orang mempelajari Al-Quran dan membacanya, adalah seperti tempat bekal perjalanan yang diisi dengan minyak misik, wanginya menyebar ke mana-mana. Sementara orang yang mempelajarinya kemudian dia tidur –dan dalam dirinya terdapat hafalan Al-Quran- adalah sepeti tempat bekal perjalanan yang disambungkan dengan minyak wangi misik.” (HR. At-Tirmidzi)

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Penghafal Al-Quran akan datang pada Hari Kiamat, kemudian Al-Quran akan berkata, “Wahai Tuhanku, bebaskanlah dia, kemudian orang itu dipakaikan mahkota karomah (kehormatan).”Al-Quran kembali meminta, “Wahai Tuhanku tambahkanlah, maka orang itu dipakaikan jubah karamah.” Kemudian Al-Quran memohon lagi, “Wahai Tuhanku ridhailah dia, maka Allah meridhainya.”Dan diperintahkan kepada orang itu, “Bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat syurga), dan Allah menambahkan dari setiap ayat yang dibacanya tambahan nikmat dan kebaikan.” (HR. At-Tirmidzi)

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jumlah tingkatan-tingkatan syurga sama dengan jumlah ayat-ayat Al-Quran. Maka tingkatan syurga yang di masuki oleh penghafal Al-Quran adalah tingkatan yang paling di atas, dimana tidak ada tingkatan lagi sesudah itu.” (HR. Ahmad)

Dari Buraidah Al-Aslami, ia berkata bahwasanya ia mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Pada hari kiamat nanti, Al-Quran akan menemui penghafalnya ketika penghafal itu keluar dari kuburnya. Al-Quran akan berwujud seseorang dan ia bertanya kepada penghafalnya, “Apakah Anda mengenalku?” Penghafal tadi menjawab, “Saya tidak mengenal kamu.” Al-Quran berkata, “Saya adalah kawanmu, Al-Quran yang membuatmu kehausan di tengah hari yang panas dan membuatmu tidak tidur pada malam hari. Sesungguhnya setiap pedagang akan mendapat keuntungan di belakang dagangannya dan kamu pada hari ini di belakang semua dagangan. Maka penghafal Al-Quran tadi diberi kekuasaan di tangan kanannya dan diberi kekekalan di tangan kirinya, serta di atas kepalanya dipasang mahkota perkasa. Sedang kedua orang tuanya diberi dua pakaian baru lagi bagus yang harganya tidak dapat dibayar oleh penghuni dunia keseluruhannya. Kedua orang tua itu lalu bertanya, “Kenapa kami diberi dengan pakaian seperti ini?”Kemudian dijawab, “Karena anakmu hafal Al-Quran.” Kemudian kepada penghafal Al-Quran tadi diperintahkan, “Bacalah dan naiklah ke tingkat-tingkat syurga dan kamar-kamarnya.” (HR. Ahmad)
Mempelajarinya (Tadabbur, Ta’allum)

Dari Hajjaj bin Minhal dari Syu’bah dari Alqamah bin Martsad dari Sa’ad bin Ubaidah dari Abu Abdirrahman As-Sulami dari Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang membaca Al-Quran, mempelajarinya dan mengamalkannya, maka dipakaikanlah mahkota dari cahaya pada Hari Kiamat, cahanya seperti cahaya matahari, kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah didapatkan di dunia, keduanya bertanya, “Mengapa kami dipakaikan jubbah ini?” Dijawab, “Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al-Quran.” (HR. Al-Hakim)
Mengamalkannya (Tahkim)

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku (Al-Quran), maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta.” (TQS. Thaha: 124)

“Kemudian kamu membunuh dirimu (saudaramu sebangsa) dan mengusir segolongan daripada kamu dari kampung halamannya, kamu bantu membantu terhadap mereka dengan membuat dosa dan permusuhan; tetapi jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, Padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang bagimu. Apakah kamu beriman kepada

sebahagian Al kitab dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah Balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” (TQS. Al-Baqarah: 85)

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (TQS. Al-Baqarah: 208)
Menyampaikannya (Tabligh)

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (TQS. Fushsshilaat: 33)

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (TQS. An-Nahl: 125)

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)

***

Semoga kita selalu berkhidmat kepada Al-Quran. Menjadikan Al-Quran ada dalam hati, lisan dan perbuatan kita. Sehingga kita semua termasuk hamba-Nya yang beruntung, kelak dapat berjumpa dengan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, serta berkumpul bersama dengan orang-orang yang kita kasihi di syurga-Nya. Aamiin.

***

Abu Sulthan

Mengenal 99 Sifat Allah


Di dalam Al Qu’ran Allah juga mempunyai nama yang lain yang mewakili dari sifat-sifat Allah. Dimana sebutan yang mewakili dari sifat-sifat Allah tersebut sudah diketahui secara umum dengan sebutan Asmaul Husna.
Allah berfirman  dalam surat Al Araf ayat 180 :
“Allah mempunyai asmaul husna, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan”.
Asmaul Husna juga ada di dalam Ayat Kursi, yaitu Al Hayyu dan Al Qoyyum. Dimana arti kedua Asmaul Husna tersebut artinya Yang Maha Hidup (Abadi) dan Maha Berdiri Sendiri. Dengan membaca Ayat Kursi tidak hanya sebatas manfaat dan khasiat Ayat Kursi yang diperoleh tetapi juga fadhilah/fadilah dari Asmaul Husna yang sudah terwakili dari kedua Asmaul Husna tersebut. Jadi apabila membaca Ayat Kursi sudah mencakup apa yang di dalam firman Allah di atas. Itulah kedahsyatan dan kehebatan dari Ayat Kursi yang terkandung dua Asmaul Husna di dalamnya.
Berikut Asmaul Husna 99 Nama Allah dan Artinya :
  1. Ar-Rahman (Ar Rahman) Artinya Yang Maha Pemurah
  2. Ar-Rahim (Ar Rahim) Artinya Yang Maha Mengasihi
  3. Al-Malik (Al Malik) Artinya Yang Maha Menguasai / Maharaja Teragung
  4. Al-Quddus (Al Quddus) Artinya Yang Maha Suci
  5. Al-Salam (Al Salam) Artinya Yang Maha Selamat Sejahtera
  6. Al-Mu’min (Al Mukmin) Artinya Yang Maha Melimpahkan Keamanan
  7. Al-Muhaimin (Al Muhaimin) Artinya Yang Maha Pengawal serta Pengawas
  8. Al-Aziz (Al Aziz) Artinya Yang Maha Berkuasa
  9. Al-Jabbar (Al Jabbar) Artinya Yang Maha Kuat Yang Menundukkan Segalanya
  10. Al-Mutakabbir (Al Mutakabbir) Artinya Yang Melengkapi Segala kebesaranNya
  11. Al-Khaliq (Al Khaliq) Artinya Yang Maha Pencipta
  12. Al-Bari (Al Bari) Artinya Yang Maha Menjadikan
  13. Al-Musawwir (Al Musawwir) Artinya Yang Maha Pembentuk
  14. Al-Ghaffar (Al Ghaffar) Artinya Yang Maha Pengampun
  15. Al-Qahhar (Al Qahhar) Artinya Yang Maha Perkasa
  16. Al-Wahhab (Al Wahhab) Artinya Yang Maha Penganugerah
  17. 17. Al-Razzaq (Al Razzaq) Artinya Yang Maha Pemberi Rezeki
  18. Al-Fattah (Al Fattah) Artinya Yang Maha Pembuka
  19. Al-‘Alim (Al Alim) Artinya Yang Maha Mengetahui
  20. Al-Qabidh (Al Qabidh) Artinya Yang Maha Pengekang
  21. Al-Basit (Al Basit) Artinya Yang Maha Melimpah Nikmat
  22. Al-Khafidh (Al Khafidh) Artinya Yang Maha Perendah / Pengurang
  23. Ar-Rafi’ (Ar Rafik) Artinya Yang Maha Peninggi
  24. Al-Mu’izz (Al Mu’izz) Artinya Yang Maha Menghormati / Memuliakan
  25. Al-Muzill (Al Muzill) Artinya Yang Maha Menghina
  26. As-Sami’ (As Sami) Artinya Yang Maha Mendengar
  27. Al-Basir (Al Basir) Artinya Yang Maha Melihat
  28. Al-Hakam (Al Hakam) Artinya Yang Maha Mengadili
  29. Al-‘Adl (Al Adl) Artinya Yang Maha Adil
  30. Al-Latif (Al Latif) Artinya Yang Maha Lembut serta Halus
  31. Al-Khabir (Al Khabir) Artinya Yang Maha Mengetahui
  32. Al-Halim (Al Halim) Artinya Yang Maha Penyabar
  33. Al-‘Azim (Al Azim) Artinya Yang Maha Agung
  34. Al-Ghafur (Al Ghafur) Artinya Yang Maha Pengampun
  35. Asy-Syakur (Asy Syakur) Artinya Yang Maha Bersyukur
  36. Al-‘Aliy (Al Aliy) Artinya Yang Maha Tinggi serta Mulia
  37. Al-Kabir (Al Kabir) Artinya Yang Maha Besar
  38. Al-Hafiz (Al Hafiz) Artinya Yang Maha Memelihara
  39. Al-Muqit (Al Muqit) Artinya Yang Maha Menjaga
  40. Al-Hasib (Al Hasib) Artinya Yang Maha Penghitung
  41. Al-Jalil (Al Jalil) Artinya Yang Maha Besar serta Mulia
  42. Al-Karim (Al Karim) Artinya Yang Maha Pemurah
  43. Ar-Raqib (Ar Raqib) Artinya Yang Maha Waspada
  44. Al-Mujib (Al Mujib) Artinya Yang Maha Pengkabul
  45. Al-Wasi’ (Al Wasik) Artinya Yang Maha Luas
  46. Al-Hakim (Al Hakim) Artinya Yang Maha Bijaksana
  47. Al-Wadud (Al Wadud) Artinya Yang Maha Penyayang
  48. Al-Majid (Al Majid) Artinya Yang Maha Mulia
  49. Al-Ba’ith (Al Baith) Artinya Yang Maha Membangkitkan Semula
  50. Asy-Syahid (Asy Syahid) Artinya Yang Maha Menyaksikan
  51. Al-Haqq (Al Haqq) Artinya Yang Maha Benar
  52. Al-Wakil (Al Wakil) Artinya Yang Maha Memelihara
  53. Al-Qawiy (Al Qawiy) Artinya Yang Maha Kuat
  54. Al-Matin (Al Matin) Artinya Yang Maha Teguh
  55. Al-Waliy (Al Waliy) Artinya Yang Maha Melindungi
  56. Al-Hamid (Al Hamid) Artinya Yang Maha Terpuji
  57. Al-Muhsi (Al Muhsi) Artinya Yang Maha Penghitung
  58. Al-Mubdi (Al Mubdi) Artinya Yang Maha Pencipta dari Asal
  59. Al-Mu’id (Al Muid) Artinya Yang Maha Mengembali dan Memulihkan
  60. Al-Muhyi (Al Muhyi) Artinya Yang Maha Menghidupkan
  61. Al-Mumit (Al Mumit) Artinya Yang Mematikan
  62. Al-Hayy (Al Hayy) Artinya Yang Senantiasa Hidup
  63. Al-Qayyum (Al Qayyum) Artinya Yang Hidup serta Berdiri Sendiri
  64. Al-Wajid (Al Wajid) Artinya Yang Maha Penemu
  65. Al-Majid (Al Majid) Artinya Yang Maha Mulia
  66. Al-Wahid (Al Wahid) Artinya Yang Maha Esa
  67. Al-Ahad (Al Ahad) Artinya Yang Tunggal
  68. As-Samad (As Samad) Artinya Yang Menjadi Tumpuan
  69. Al-Qadir (Al Qadir) Artinya Yang Maha Berupaya
  70. Al-Muqtadir (Al Muqtadir) Artinya Yang Maha Berkuasa
  71. Al-Muqaddim (Al Muqaddim) Artinya Yang Maha Menyegera
  72. Al-Mu’akhkhir (Al Muakhir) Artinya Yang Maha Penangguh
  73. Al-Awwal (Al Awwal) Artinya Yang Pertama
  74. Al-Akhir (Al Akhir) Artinya Yang Akhir
  75. Az-Zahir (Az Zahir) Artinya Yang Zahir
  76. Al-Batin (Al Batin) Artinya Yang Batin
  77. Al-Wali (Al Wali) Artinya Yang Wali / Yang Memerintah
  78. Al-Muta’ali (Al Muta Ali) Artinya Yang Maha Tinggi serta Mulia
  79. Al-Barr (Al Barr) Artinya Yang banyak membuat kebajikan
  80. At-Tawwab (At Tawwab) Artinya Yang Menerima Taubat
  81. Al-Muntaqim (Al Muntaqim) Artinya Yang Menghukum Yang Bersalah
  82. Al-‘Afuw (Al Afuw) Artinya Yang Maha Pengampun
  83. Ar-Ra’uf (Ar Rauf) Artinya Yang Maha Pengasih serta Penyayang
  84. Malik-ul-Mulk (Malikul Mulk) Artinya Pemilik Kedaulatan Yang Kekal
  85. Dzul-Jalal-Wal-Ikram (Dzul Jalal Wal Ikram) Artinya Yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan
  86. Al-Muqsit (Al Muqsit) Artinya Yang Maha Saksama
  87. Al-Jami’ (Al Jami) Artinya Yang Maha Pengumpul
  88. Al-Ghaniy (Al Ghaniy) Artinya Yang Maha Kaya Dan Lengkap
  89. Al-Mughni (Al Mughni) Artinya Yang Maha Mengkayakan dan Memakmurkan
  90. Al-Mani’ (Al Mani) Artinya Yang Maha Pencegah
  91. Al-Darr (Al Darr) Artinya Yang Mendatangkan Mudharat
  92. Al-Nafi’ (Al Nafi) Artinya Yang Memberi Manfaat
  93. Al-Nur (Al Nur) Artinya Cahaya
  94. Al-Hadi (Al Hadi) Artinya Yang Memimpin dan Memberi Pertunjuk
  95. Al-Badi’ (Al Badi) Artinya Yang Maha Pencipta Yang Tiada BandinganNya
  96. Al-Baqi (Al Baqi) Artinya Yang Maha Kekal
  97. Al-Warith (Al Warith) Artinya Yang Maha Mewarisi
  98. Ar-Rasyid (Ar Rasyid) Artinya Yang Memimpin Kepada Kebenaran
  99. As-Sabur (As Sabur) Artinya Yang Maha Penyabar / Sabar

Hiasilah Dirimu Dengan Hiasan Terbaik

Assalamualikum Wr. Wb.
Di hari yang indah dan cerah ini marilah kita renungi sejenak tentang apa yang telah berlaku dalam hidup kita hari kemarin, sekarang dan besok. Agar kedepan kita lebih baik dari kemarin dan hari ini.
Rasulullah Saw bersabda:
 Hasil gambar untuk kata mutiara islam
“Barangsiapa yang pada hari ini kondisisinya lebih baik dari hari kemarin maka dia telah beruntung. Dan barangsiapa yang kondisinya kemarin lebih baik dari hari ini maka dia telah merugi. Dan barangsiapa yang besoknya lebih jelek dari hari ini berarti dia telah terlaknat.(HR. Tirmidzi)
Aduhai betapa banyaknya manusia yang melupakan dirinya sehingga Allah melupakannya. Mengapa mereka tidak sadar juga, meskipun mereka terus diberi peringatan. Dengan apalagi mereka dapat disdarkan jika kalamullah saja mereka tak peduli.
Sebagian muslimin atau muslimah cenderung kesibukannya menghina muslimin yang lain sementara dia lupa terhadap kejelekan dan dosa-dosanya yang dilakukan.
Bicaranya tentang keimanan dan seluk beluknya indah dan tuntas dari segala permasalahannya, demikian pula tentang syari’ah dan keindahan berpegang teguh kepadanya, namun dimatanya setiap amalan orang lain selain diri dan jama’ahnya salah dan jelek.
Tak segan-segan dia mengghibah (menggunjing) saudara muslimnya dengan ejekan dan gelaran yang buruk, sedang dia lupa dengan peringatan firman Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
“Wahai orang-orang beriman, jauhilah oleh kalian sebagian besar dari rasa curiga kepada sesama mukmin. Karena curiga kepada sesama mukmin itu dosa. Janganlah kalian memata-matai sesama mukmin. Janganlah kalian menggunjing satu sama lain. Patutkah seorang di antara kalian dengan senang hati memakan daging bangkai saudaranya? Tentu kalian benci hal itu. Taatlah kepada Allah. Sungguh Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang kepada semua makhluk-Nya.” (Qs. Al Hujurat, 49: 12).
Apakah tampilan akhlaq seperti ini baik ? Renungkanlah hadits Rasulullah Saw:
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaqnya.” (HR. Muslim)
Marilah menghiasi diri dengan akhlaq mulia setelah membenahi pemahaman Islam yang benar dan menguatkan iman dengan ilmu yang haq (benar), maka buahnya adalah akhlaq yang indah (Al Karimah).
Apa artinya ilmu yang luas, iman yang kuat sedang akhlaqnya jelek ?
Renungkanlah…..! Walhamdulillah…