
Tidaklah
seorang muslim menanam suatu tanaman melainkan sesuatu yang dimakan
darinya menjadi sedekah baginya, dan sesuatu yang dicuri darinya menjadi
sedekah baginya, dan tidaklah sesuatu itu dikurangi oleh seseorang
melainkan ia menjadi sedekah baginya hingga hari kiamat (HR. Muslim)
Tidaklah seorang muslim menanam suatu
tanaman pohon atau menabur suatu benih lalu sebagian hasilnya dimakan
oleh burung atau seseorang, melainkan menjadi sedekah baginya (HR.
Bukhari, Muslim dan Tirmidzi)
# Larangan Menebang Pohon Bidara
# Larangan Menebang Pohon Bidara
Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata,
“Rasulullah. pernah bersabda, “Sesungguhnya orang yang menebang pohon
bidara akan dituang api neraka di kepalanya’,” (Shahih, HR al-Baihaqi
[IV/117]).
Diriwayatkan dari Muawiyah bin Haidah, ia
berkata, “Rasulullah pernah bersabda, ‘Allah akan menuangkan (air
panas) ke atas kepala penebang pohon bidara di dalam neraka’,” (HR
al-Baihaqi [VI/141]).

Para ulama berselisih pendapat tentang larangan menebang pohon bidara kepada beberapa pendapat:
Imam Abu Dawud berkata, “Hadits ini cukup
ringkas. Artinya barangsiapa menebang pohon bidara yang tumbuh di
padang pasir tempat berteduh para musafir dan hewan ternak, tanpa ada
kemaslahatan sedikitpun maka Allah akan menuangkan air panas ke atas
kepalanya di neraka nanti.”
Imam Ath-Thahawi berpendapat, “Bahwa
hadits ini mansukh, sebab Urwah bin az-Zubair salah seorang perawi
hadits ini pernah menebang pohon bidara untuk diolah menjadi beberapa
pintu,” (lihat Musykilul Aatsaar [VII/427]).
Diriwayatkan dari Hasan bin Ibrahim, ia
berkata, ‘Aku pernah bertanya kepada Hisyam bin Urwah tentang hukum
menebang pohon bidara. Pada saat itu ia sedang bersandar pada kayu milik
Urwah dan berakta, ‘Tidakkah engkau perhatikan pintu-pintu dan
kusen-kusen ini?’ Pintu dan kusen ini terbuat dari pohon bidara milik
Urwah. Dahulu Urwah menebang pohon tersebut yang tumbuh di tanahnya dan
berkata, ‘Tidak mengapa menebang pohon bidara’,” (HR Abu Dawud [5241]).
Imam Ath-Thahawi berkata, “urwah seorang
yang jujur dan memiliki ilmu yang dalam tidak mungkin meninggalkan
hadits yang ia ketahui shahih dari Nabi shalallahu alaihi wasallam,
kemudian mengamalkan sesuatu yang bertentangan dengan hadits tersebut,
kecuali jika memang demikian hukumnya. Jadi jelaslah apa yang kita
sebutkan tadi bahwa hadits ini sudah dimansukhkan.”

Imam As-Suyuti, berpendapat larangan
tersebut adalah pohon bidara yang tumbuh di tanah haram. Pendapat ini
dipegang oleh as-Suyuti dalam kitab Raf’ul Khudr’an Qat’is Sidr (II/57).
Ia berkata, “Menurutku makna yang terkuat adalah larangan menebang
pohon sidr yang ada di tanah haram sebagaimana yang tercantum dalam
riwayat ath-Thabrani.”
Syaikh Al Albani menyetujui pendapat as-Suyuthi tersebut di dalam kitabnya Silsilah al-Ahaadits ash-Shahiihah (II/177).
Dalam riwayat ath-Thabrani di dalam
al-Ausath (2441) pada hadits Abdullah bin Hubasyi, ‘Yakni pohon bidara
yang tumbuh di tanah haram.’ Tambahan ini dishahihkan oleh syaikh kami
dalam Silsilah al-Ahaadits ash-Shahiihah (614). Oleh karena itu
mengartikan hadits seperti yang tercantum dalam riwayat tambahan
tersebut lebih dikedepankan. Adapun pernyataan mansukh adalah pernyataan
yang keliru. Sebab yagn dijadikan hujjah adalah hadits yang
diriwayatkan Urwah bukan pendapat atau hasil ijtihadnya. Kemudian
dianalogikan dengan pohon bidara yang tumbuh di padang pasir tempat
berteduhnya para musafir dan binatang ternak. Allahu A’lam.
(Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin
‘Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar’iyyah fii Shahiihis Sunnah
an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur’an dan
As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi’i, 2006), hlm.
3/308-309.)
# Larangan membunuh sipil seperti
wanita, anak-anak, orang tua bangka, larangan memotong pohon, membunuh
binatang ternak dan lain-lain
Rasulullah adalah pemimpin negara dan
panglima tertinggi pasukan Muslimin, maka beliau mempertimbangkan
matang-matang dalam memberikan perintah yang membawa kemaslahatan
peperangan bagi mengalahkan musuh. Perintah larangan membunuh sipil
seperti wanita, anak-anak, orang tua bangka, larangan memotong pohon,
membunuh binatang ternak dan lain-lain, tetap berlaku di manapun
pertempuran berlangsung. Hanya panglima tertinggi dan pemimpin negara
yang boleh membuat keputusan atau kebijakan setelah proses kajian dan
pertimbangan yang matang untuk mencapai kemaslahatan perang walau kadang
terlihat melanggar aturan larangan yang telah ditetapkan oleh
Rasulullah di masa pertempuran, tanpa niyat kesengajaan. Kebijakan yang
dibuat oleh Rasulullah pada masa itu adalah dalam kapasitas beliau
sebagai pemimpin tertinggi negara dan panglima perang, dan
pelaksanaannya juga dilaksanakan secara selektif.

Perintah Rasulullah untuk menebang pohon
kurma milik Bani Nadhir bukanlah dikarenakan Bani Nadhir pernah merusak
atau menghancurkan pohon kurma milik kaum Muslimin sehingga Rasulullah
melakukan tindak pembalasan terhadap sikap Bani Nadhir yang dianggap
telah melampaui batas menebang pohon.
Tetapi perintah Rasulullah itu adalah
siasat perang untuk melumpuhkan pasukan lawan, yang tiada cara lain
kecuali dengan cara itu dapat melemahkan mental pasukan lawan yaitu Bani
Nadhir. Dan tindakan Rasulullah itu dibenarkan oleh Allah.
Asal kisah peristiwa itu adalah bermula
ketika Ghozwah Bani Nadhir (kaum Yahudi) yang melarikan diri dari
pengejaran pasukan Muslimin pimpinan Rasulullah . Mereka melakukan
persekongkolan jahat (makar) untuk membunuh Nabi Muhammad dan siap
melakukan perlawanan. Bani Nadhir menjadikan perkampungan mereka sebagai
kubu pertahanan yang lengkap dengan benteng yang kuat. Mereka
menyediakan logistik yang cukup untuk sekitar setahun, termasuk air
bersih jika dikepung hingga datang bantuan pihak yang memusuhi kaum
Muslimin datang membantu mereka.
Mengingat kuatnya pertahanan Bani Nadhir
dalam menghadapi pasukan Muslimin maka Rasulullah menggunakan sebuah
taktik baru untuk menjatuhkan mental mereka yang sangat sayang kepada
harta benda dan ingin hidup. Sebagai pimpinan tertinggi, juga dengan
alasan kebijakan dan siasat perang, Rasulullah memerintahkan pasukan
Muslimin untuk memotong pohon kurma milik Bani Nadhir dan membakarnya
sehingga timbul rasa kekecewaan pihak Bani Nadhir untuk mempertahankan
perkebunan yang dianggap sebagai harta kekayaan mereka. Khusus tentang
siasat dan tindakan Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam selaku
pemimpin tertinggi pasukan ini dibenarkan oleh Allah. Hal itu dijelaskan
di dalam Surah Al-Hasyr, mengisahkan tentang sikap Bani Nadhir (kaum
Yahudi) yang melanggar perjanjian damai.
Artinya: “Apa saja yang kamu tebang dari
pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu biarkan (tumbuh)
berdiri di atas pokoknya, maka (semua itu) adalah dengan izin Allah; dan
karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik.”
(Al-Hasyr: 5).
Dengan penebangan dan pembakaran pohon
kurma serta lamanya menunggu bantuan pasukan yang memusuhi kaum
Muslimin, maka Bani Nadhir menyerahkan diri dan meminta perlindungan
jaminan keselamatan jiwa, serta bersedia untuk keluar dari Madinah.
Permintaan mereka kemudian diperkenankan oleh Rasulullah.
# Islam Sangat Memperhatikan Lingkungan
Iman itu ada enam puluh atau tujuh puluh
cabang lebih. Yang terendah adalah menghilangkan gangguan dari jalanan
dan yang tertinggi adalah ucapan : Tiada tuhan yang berhak disembah
selain Allah. (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu
Majah)
Dan senyumanmu di hadapan saudaramu
adalah sedekah, dan kamu menyingkirkan batu, duri dan tulang dari
jalanan adalah sedekah, serta menunjuki orang yang tersesat di daerah
yang menyesatkan adalah sedekah bagimu. (HR. Ibnu Hibban dan Baihaqi,
Shahih Ligairihi)
Larangan Berbuat Kerusakan

S U R A T A L – B A Q A R A H
2:11. Dan bila dikatakan kepada mereka:
Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab:
“Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.”
2:12. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.
2:27. (yaitu) orang-orang yang melanggar
perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang
diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat
kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.
2:30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.
2:60. Dan (ingatlah) ketika Musa memohon
air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: “Pukullah batu itu dengan
tongkatmu”. Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh
tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing) Makan
dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu
berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.
2:205. Dan apabila ia berpaling (dari
kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan
merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai
kebinasaan.
S U R A T A L I- I M R O N
3:63. Kemudian jika mereka berpaling
(dari kebenaran), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang
yang berbuat kerusakan.
S U R A T A L – M A A I D A H
5:32. Oleh karena itu Kami tetapkan
(suatu hukum) bagi Bani Israel, bahwa: barang siapa yang membunuh
seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau
bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah
membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan
seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia
semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami
dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di
antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat
kerusakan di muka bumi.
5:33. Sesungguhnya pembalasan terhadap
orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di
muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan
dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat
kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka
di dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar, 5:64. Orang-orang Yahudi berkata: “Tangan
Allah terbelenggu”, sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan
merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu.
(Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan
sebagaimana Dia kehendaki.
Dan Al Qur’an yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi
kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan
kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan
api peperangan, Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan di muka
bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.
S U R A T A L – A ‘ R A F
7:56. Dan janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah
kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan
dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang
yang berbuat baik.
7:74. Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan
menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum ‘Aad
dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di
tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk
dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu
merajalela di muka bumi membuat kerusakan.
7:85. Dan (Kami telah mengutus) kepada
penduduk Madyan saudara mereka, Syuaib. Ia berkata: “Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya.
Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka
sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi
manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu
membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang
demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang
beriman”.
7:127. Berkatalah pembesar-pembesar dari
kaum Firaun (kepada Firaun): “Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya
untuk membuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkan kamu
serta tuhan-tuhanmu?”. Firaun menjawab: “Akan kita bunuh anak-anak
lelaki mereka dan kita biarkan hidup perempuan-perempuan mereka dan
sesungguhnya kita berkuasa penuh di atas mereka”.
7:142. Dan telah Kami janjikan kepada
Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan
Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka
sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan
berkata Musa kepada saudaranya yaitu Harun: Gantikanlah aku dalam
(memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan
orang-orang yang membuat kerusakan.”
S U R A T H U U D
11:85. Dan Syuaib berkata: “Hai kaumku,
cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu
merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat
kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.
11:116. Maka mengapa tidak ada dari
umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang
melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali
sebahagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di
antara mereka, dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan
yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang
berdosa.
S U R A T A L – I S R A ‘
17:4. Dan telah Kami tetapkan terhadap
Bani Israel dalam kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan
di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan
kesombongan yang besar.”
S U R A T A S Y – S Y U A R A ‘
26:152. yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan”.
26:183. Dan janganlah kamu merugikan
manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi
dengan membuat kerusakan;
S U R A T A N – N A M L
27:48. Dan adalah di kota itu, sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan.
S U R A T A L – Q A S H A S H
28:77. Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
28:83. Negeri akhirat itu, Kami jadikan
untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi
orang-orang yang bertakwa.
S U R A T A L – ‘ A N K A B U T
29:30. Lut berdoa: “Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat kerusakan itu”.
29:36. Dan (Kami telah mengutus) kepada
penduduk Mad-yan, saudara mereka Syuaib, maka ia berkata: “Hai kaumku,
sembahlah olehmu Allah, harapkanlah (pahala) hari akhir, dan jangan kamu
berkeliaran di muka bumi berbuat kerusakan”.
S U R A T A R – R U U M
30:41. Telah nampak kerusakan di darat
dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar).
S U R A T S H A A D
38:28. Patutkah Kami menganggap
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan
orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami
menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang
berbuat maksiat?
S U R A T M U H A M M A D
47:22. Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?
Praktek Go Green Ala Rasulullah

Ada apakah gerangan dengan bumi ini? Jawabannya telah tercatat dalam Al-Qur’an.
“Telah nampak kerusakan di darat dan di
lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya
Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka,
agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS Ar Ruum:41).
Memang kondisi bumi yang kini kian memburuk sejatinya karena ulah manusia itu sendiri.
Seorang sahabat sejak SMA, yang kini
menjadi seorang aktivis lingkungan hidup dengan semangat Go Green-Zero
Waste’nya dia berusaha menyemangati orang-orang untuk bersikap ramah
lingkungan. Dia begitu antusias membantu orang lain untuk turut serta
memperbaiki keadaan.
Gerakan Go Green itu sebenernya kegiatan untuk menghijaukan kembali, dan zero waste itu adalah gerakan nol sampah.
Sahabat saya ini mengajarkan beberapa hal penting, yakni:
1. Hematlah dalam penggunaan air. Air itu sumber kehidupan dan hal yang sangat vital bagi keberlangsungan makhluk hidup. Untuk menghemat air ini ada beberapa cara, salah satunya adalah menutup kran dengan baik, menggunakan air secara bijak. Meskipun 2/3 bagian dunia ini terdiri dari air namun ternyata air yang dapat digunakan tuk keperluan manusia hanyalah sedikit sekali (cari fakta air)
1. Hematlah dalam penggunaan air. Air itu sumber kehidupan dan hal yang sangat vital bagi keberlangsungan makhluk hidup. Untuk menghemat air ini ada beberapa cara, salah satunya adalah menutup kran dengan baik, menggunakan air secara bijak. Meskipun 2/3 bagian dunia ini terdiri dari air namun ternyata air yang dapat digunakan tuk keperluan manusia hanyalah sedikit sekali (cari fakta air)
Tentang penghematan air ini ternyata telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah orang yang sangat hemat ketika menggunakan air saat berwudhu.
Beliau pun mewanti-wanti umatnya –dalam hadits yang sifatnya umum- agar
jangan sampai boros. Beliau pun mengabari bahwa di antara umatnya ada
yang berlebih-lebihan dalam thoharoh (bersuci). (HR. Ahmad)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa
berwudhu setiap kali mau shalat. Inilah kondisi beliau pada umumnya.
Kadang juga beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu untuk beberapa
shalat dengan sekali wudhu. (HR. Muslim)
2. Hemat energy, salah satunya adalah mematikan lampu saat kita tidur.
“Artinya : Tutuplah bejana, ikatlah
tempat air yang terbuat dari kulit, kancinglah pintu-pintu, dan
matikanlah lampu lentera, karena sesungguhnya syetan tidak mampu
melepaskan ikatan tempat air, tidak mampu membuka pintu, dan tidak mampu
membuka tutup bejana. Kalau salah seorang di antara kamu tidak
mendapatkan (sesuatu untuk menutup bejana) kecuali hanya mendapatkan
sepotong lidi, maka tutupkanlah dan hendaklah dengan menyebut nama
Allah. Karena sesungguhnya tikus itu (biasa) membakar rumah (yang lampu
lenteranya tidak dimatikan), yaitu dengan menambrak lampu itu lalu
menumpahkan minyak yang ada di dalamnya sehingga terbakarlah rumah itu”
[Hadits Riwayat Muslim]
Adapun dalil tentang perintah mematikan
api (lampu lentera) ketika akan tidur terdapat dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma dari Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda.
“Artinya : Janganlah kalian meninggalkan api di dalam rumah kalian ketika akan tidur” [Hadits Riwayat Muslim]
Dan hadits dari Abu Musa Al-Asy’ari
Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Pada suatu malam sebuah rumah di
Madinah terbakar yang menimpa pemiliknya. Lalu ketika kabar peristiwa
tersebut sampai kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau
bersabda.
“Artinya : Sesungguhnya api ini adalah
musuhmu. Maka apabila kalian akan tidur, matikanlah terlebih dahulu api
tersebut” [Muttafaqun a’laihi]
[Disalin dari kitab Al-As’ilah wa Ajwibah
Al-Fiqhiyyah Al-Maqrunah bi Al-Adillah Asy-Syar’iyyah jilid I, Disalin
ulang dari Majalah Fatawa 02/I/Syawwal 1423H -2002M]
3. Zero waste atau anti mubadzir.
Menggunakan harta untuk hal yang sia-sia adalah menyerupai perbuatan setan. Allah Ta’ala berfirman,
وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah
saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’ [17]: 26-27).
Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu pada jalan yang keliru.”
Zero waste di sini juga dapat diartikan
nol sampah. Seperti misalnya tidak menyisakan makanan yang kita santap.
Berarti juga ini membiasakan kita untuk mengambil makanan secukupnya.
Dari Jabir bin Abdillah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Apabila suapan makanan salah seorang di antara kalian jatuh ambillah kembali lalu buang bagian yang kotor dan makanlah bagian yang bersih. Jangan biarkan suapan tersebut dimakan setan.” (HR. Muslim No. 2033)
“Apabila suapan makanan salah seorang di antara kalian jatuh ambillah kembali lalu buang bagian yang kotor dan makanlah bagian yang bersih. Jangan biarkan suapan tersebut dimakan setan.” (HR. Muslim No. 2033)
4. Larangan merusak tanaman saat perang
Dalam ajaran Islam diharamkan aksi perusakan di muka bumi. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
وَإِذَا تَوَلَّى سَعَى فِي الأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ وَاللَّهُ لاَ يُحِبُّ الْفَسَادَ
“Dan apabila dia berpaling (dari kamu),
dia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak
tanam-tanaman dan binatang ternak, padahal Allah tidak menyukai
kebinasaan”. [Al Baqarah : 205].
Sebenarnya masih banyak sekali inspirasi
yang saya dapatkan dari sahabat saya ini, namun ketika mempelajari Islam
lebih dekat, ternyata Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah
lebih dahulu mencontohkan pada kita tentang semangat melestarikan
lingkungan, yang lebih beken disebut semangat Go Green dan Zero Waste.
Semoga saja kebiasaan baik melestarikan
lingkungan ini bisa kita lakukan sekarang, dimulai dari diri sendiri,
dan dari hal-hal terkecil dan sederhana yang kita bisa lakukan.
Setidaknya kita dapat mengurangi dosa ekologis dengan memulai aksi go
Green.
