
Peran Pondok Pesantren Al Abror Metro untuk meningkatkan sumber daya manusia sudah
berlangsung sejak lama. Proses pendidikan di Indonesia tidak hanya
dilakukan oleh sistem persekolahan, tetapi juga oleh pondok pesantren
dan madrasah.

Pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan agama Islam yang
mayoritas terdapat di pedesaan dan peserta didik pada umumnya adalah
masyarakat pedesaan, namun hal itu berkembang dalam dua dasawarsa
terakhir, yang dibuktikan dengan banyak berdirinya Pesantren di
perkotaan dan banyak masyarakat kota menuntut ilmu di Pondok Pesantren.
Kata pesantren itu sendiri berasal dari kata santri (bahasa
Indonesia), tempat orang berkumpul untuk belajar agama Islam atau
mengaji. Unsur penting yang ada di pesantren adalah Kyai sebagai sentral
figur, masjid sebagai tempat sentral kegiatan, santri dan tempat
tinggal santri yang dikenal dengan pondok, pengajaran kitab-kitab
kuning dan ilmu lainnya.
Sejak zaman penjajahan Lembaga pendidikan (Islam) ini telah mampu
mempertahankan eksistensinya dan selalu berkembang, lebih dari 27,465
(data KEMENAG 2011) Pondok Pesantren di Indonesia. Bahkan keberadaan
pondok pesantren semakin kokoh karena undang-undang juga memberikan
pengakuan atas kesetaraannya dengan lembaga pendidikan sekolah lainnya
dan tempatnya bukan hanya di pedesaan, namun sekarang telah banyak
didirikan di kota-kota besar.

Lembaga pendidikan Pondok Pesantren tumbuh, berkembang dan selalu
berbenah diri, dan siap menghadapi persaingan dan gempuran sosial
budaya, maka tak heran seiring perkembangan Ilmu Pengetahuan, lembaga
in meningkatkan kemampuannya berkompetisi untuk maju (competitive advantages).
Peningkatan organisasi pembelajaran dilakukan demi keberhasilan
pesantren, sehingga mampu berkembang di tengah kehidupan modern,
baik pesantren yang dikelola oleh perorangan, keluarga ataupun badan
hukum yayasan. Berkembang di tengah kehidupan budaya sosial yang modern,
namun dapat mempertahankan nilai-nilai agama dalam mendidikan para
kader-kader ummat di masa mendatang.

Dibutuhkan visi dan misi serta komitmen para pengelola pondok
pesantren sehingga organisasi ini semakin berkualitas dan menjadi
lembaga pendidikan yang diminati masyarakat, dengan beragam
fasilitasnya, beragam kegiatan, menjadi lembaga yang tidak mahal namun
menjadi tren pendidikan di Indonesia.
- A. Olahraga di Pondok Pesantren
Ajaran Islam ternyata begitu lengkap dan sempurna. Bahkan olahragapun
disunnahkan oleh Nabi Muhammad SAW seperti olahraga berenang, memanah,
berlari, berkuda, bergulat, dan sebagainya.
Olahraga bertujuan untuk menjadikan manusia sehat dan kuat. Dalam
Islam, sehat dipandang sebagai nikmat kedua terbaik setelah Iman. Selain
itu, banyak ibadah dalam Islam membutuhkan tubuh yang kuat seperti
shalat, puasa, haji, dan juga jihad.
Pondok Pesantren sangat mendorong para santri untuk mengikuti
kegiatan olahraga. Olahraga merupakan kegiatan yang sangat digemari
santri, karena dengan olahraga santri dapat mengembangkan bakat yang
dimilikinya. Selain itu olahraga juga dapat mempererat persahabatan
antar santri.
Mayoritas Pondok pesantren menjadi pusat pengembangan olahraga, karna
memiliki fasilitas yang memadai, keberadaannya berpengaruh pada
masyarakat sekitar.
Maka, jika pondok pesantren mengembangkan olahraga, masyarakat sekitarnya juga akan terdorong dan termotivasi mengikuti.
- B. Komponen Pendukung Olahraga di Pondok Pesantren
Kegiatan di pondok pesantren berlangsung selama 24 jam dan
berasrama, hal ini merupakan komponen pendukung untuk guru, santri dan
karyawan dalam berolahraga. Mereka dapat berolahraga pada pagi, sore dan
malam. Komponen pendukung olahraga yang lain adalah seluruh fasilitas
olahraga berada di dalam kampus.
Kendala Olahraga di Pondok Pesantren
Kendala yang dihadapi pesantren dalam pembinaan olahraga adalah
kurangnya sarana prasarana dan infrastruktur lapangan dan alat
olahraga. Kendala lain yang dihadapi adalah kurangnya pelatih olahraga
yang propesional yang dapat meningkatkan prestasi santri.
Seluruh kegiatan santri diatur oleh pengurus organisasi santri Al Abror Metro yang dibimbing oleh Pengasuhan Santri Al Abror Metro, membimbing, mengarahkan dan
mengawal seluruh kegiatan santri selama 24 jam yang dilaksanakan di
lingkungan pesantren. Semua aktivitas santri selalu menerapkan
disiplin dan tata tertib yang tinggi dengan memberikan sistem hadiah (reward) dan hukuman (punishment) bagi para santri.
Disiplin, merupakan pendidikan yang sangat penting di Pondok
Pesantren Al Abror Metro, agar para santri dapat hidup teratur, menghormati
satu sama lainnya, dan mengoptimalkan pendidikan karakter di kalangan
para santri.
Melalui disiplin yang tinggi diharapkan akan melekat dalam
kehidupan keseharian santri karena kelak mereka akan memimpin bangsa
ini dengan penuh kedisiplinan. Penghargaan (reward) dan hukuman (punishment)
sudah sepatutnya menjadi bagian karakter para santri, bila ada
santri yang melanggar maka akan mendapatkan hukuman dan sebaliknya,
bila para santri dapat mentaati peraturan dengan baik apalagi
berprestasi mereka akan memperoleh penghargaan.
Olahraga merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang wajib
diikuti oleh santri. Setiap santri wajib memilih ekstrakurikuler
olahraga. Kegiatan olahraga diadakan pada pagi hari setelah sholat Subuh
dan sore hari setelah sholat Ashar ataupun pada malam hari saat libur
pengajaran.
Adapun olahraga yang ada di Pondok Pesantren Darunnajah sebagai berikut (dari 26 ekstrakurikuler) :
1) Sepak bola
2) Futsal
3) Volly
4) Basket
5) Rugby
6) Bulutangkis
7) Renang
8) Senam
9) Tenis meja
10) Takraw
11) Gymnastic
12) Silat
- 2. Pekan Olahraga Seni dan Pramuka (PORSEKA)
Telah menjadi sunnah/tradisi Pondok Pesantren Darunnajah, setiap awal
tahun diadakan Khutbatul ‘Arsy. Khutbatul ‘Arsy adalah khutbah pimpinan
pesantren kepada santri agar santri mengerti dan mengenal tentang
pesantrennya, sehingga dapat belajar dengan tekun dan disiplin.
Dalam kegiatan Khutbatul Arsy santri lama maupun baru akan saling
mengenal, bahkan bakat masing-masing santri akan diketahui dengan
diadakannya Pekan Olahraga Seni dan Pramuka (PORSEKA). Pada kegiatan
PORSEKA seluruh ekstrakurikuler olahraga dilombakan.
- 3. Penggagas Pekan Olahraga dan Seni antar Pondok Pesantren Tingkat Nasional (POSPENAS)
Sejarah Pekan Olahraga dan Seni Antar Pondok Pesantren Tingkat
Nasional (POSPENAS) dicikalbakali penyelenggaraan PORSENI (Pekan
Olahraga dan Seni) antar Pondok Pesantren se – Jawa di Pondok Pesantren
Darunnajah, Ulujami, Jakarta Selatan tahun 1999, acara yang awalnya
hanya disiapkan untuk 350 peserta, menimbulkan antusias menjadi 1500
peserta, dan menimbulkan pemikiran agar dijadikan event bertarap
nasional secara reguler tiap 2 (dua) tahun.
Dorongan Departemen Pemuda dan Olahraga kala itu, disambut baik oleh
para kanwil Depag se Jawa dan Bali dengan musyawarah bersama dan
memberikan komitmen bersama untuk mengembangkan pembinaan olahraga di
kalangan Pesantren melalui ajang Pekan Olahraga bertaraf nasional.
Pospenas pertama kalinya secara resmi diselenggarakan pada tahun
2001, di Jawa Barat, diikuti 2.668 olahragawan, seniman & official
seluruh provinsi dan dibuka oleh Mendiknas, A. Malik Fadjar.
Adapun tujuan diselenggarakannya POSPENAS adalah:
- Memupuk dan meningkatkan rasa persatuan, persahabatan dan persaudaraan antar santri
- Meningkatkan minat olahraga dan seni bagi santri guna meningkatkan kesehatan/kesegaran jasmani dan rohani, mengembangkan kreatifitas, membangun disiplin dan sportifitas santri
- Menunjang usaha pemerintah dalam meningkatkan prestasi olahraga dan seni-budaya nasional
- Sebagai evaluasi dan tolok ukur keberhasilan pembinaan olahraga dan seni santriwan dan santriwati Pondok Pesantren
Alhamdulillah, kegiatan POSPENAS dalam sepuluh tahun terakhir
memberikan angin segar bagi para santri, guru dan pengasuh Pondok
Pesantren untuk lebih memperhatikan, melibatkan, memprioritaskan dan
meningkatkan kualitas olahraga dan seni di lingkungan Pondok Pesantren.
Beberapa kali pelaksanaan POSPENAS di Indonesia, telah memberikan
pengalaman yang berharga untuk meningkatkan sportifitas yang jujur di
kalangan masyarakat olahraga dan pemerintah. Memang awal pelaksanaan
POSPENAS disemarakkan dengan fenomena menitik beratkan pada bagaimana
setiap daerah memperoleh kemenangan dan prestasi, banyak cara setiap
propinsi yang dilakukan dari yang wajar sampai kepada mengesampingkan
sunnah-sunnah yang telah dibangun di lingkungan kehidupan Pondok
Pesantren.
Mereka lupa akan tujuan awal diadakan POSPENAS adalah untuk membina
para olahragawan di lingkungan Pondok Pesantren. Titik berat pembinaan
kepada para olahragawan para santri banyak terabaikan dikarnakan timbul
dominasi fenomena tujuan memperoleh kemenangan secara nasionallebih
diutamakan.
Sebaiknya, hal ini dievaluasi oleh kalangan KEMENPORA maupun KEMENAG
agar mengembalikan tujuan awal diadakannya POSPENAS yakni membina para
santri dalam olahraga, mengadakan ajang acara lomba tingkat nasional dan
mencetak kader-kader olahraga yang hadir dari kalangan santri
berkualitas di lingkungan Pondok Pesantren.
Apapun hasil yang diraih oleh para santri akan lebih baik di mata
masyarakat dan ummat ketimbang memperoleh dengan berbagai cara namun
melupakan tujuan awal diadakannya kegiatan tersebut.
Pembinaan kepada para olahragawan di kalangan santri bisa dilakukan
dengan pendekatan pengadaan fasilitas olahraga, pengadaan sumberdaya
manusia maupun pendekatan lainnya.
Penutup
Pondok pesantren menjadi tempat penggemblengan kader-kader bangsa
yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan, sekaligus pusat pencerahan
bagi kehidupan masyarakat sekelilingnya. Untuk itu peran strategis yang
dijalankan para ulama dan Pondok Pesantren harus terus ditingkatkan dan
difasilitasi pemerintah.
Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan kompherensif yang
menjalankan aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), hingga
psikomotorik (keterampilan). Dengan konsep pendidikan dan pengajaran
itu, pondok pesantren mampu menghadirkan SDM berkualitas. Lembaga ini
tidak hanya menekankan prestasi pengajaran, tapi menitikberatkan para
prestasi pendidikan dan pengajaran. Apalah artinya nilainya bagus namun
tidak didukung oleh akhlak/karakter yang terpuji.
Kondisi saat ini, semakin terlihat dan mendapat tempat di mata
masyarakat, karena pondok pesantren menggembleng santri mereka dengan
keseimbangan antara Intellectual Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ)
serta Spiritual Quotent (SQ). Karena itu, tidak heran jika SDM yang
dihasilkan mampu menjadi agen perubahan di tengah masyarakat.
Pondok Pesantren juga menjalankan fungsi dinamisator sekaligus
stabilisator kehidupan bermasyarakat, juga sebagai pelaksana berbagai
kegiatan bidang sosial , olahraga dan ekonomi, baik sebagai upaya
pengembangan pesantren maupun penggerak pembangunan sosial dan ekonomi
masyarakat. Tentunya hal tersebut akan menuai hasil optimal jika pondok
pesantren diberi kesempatan dan mampu memadukan nilai religius dengan
nilai-nilai modern, meningkatkan profesionalisme, serta penguasaan ilmu
pengetahuan , olahraga maupun teknologi.
Olahraga merupakan hal yang sangat diperhatikan dalam
kehidupan harian di llingkungan Pondok Pesanten. Para pengasuh pesantren
melihat bahwa olahraga merupakan alat untuk menanamkan kesehatan
jasmani, menanamkan Panca Jiwa; Keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian,
ukhuwah Islamiyah dan Kebebasan berekspresi, selain itu juga olahraga
merupakan ajang aktualita masa remaja dalam prestasi.
